Hukum Miem Tasydid dan Nun Tasydid

السلام عليكم

Salam Rahayu dan Damai selalu.
Sahabatku yang baik hati, Ketika kita sedang membaca Al Qur'an sudah barang tentu kita akan mendapati Miem atau Nun yang bertasydid. Kali ini kita akan belajar bersama untuk mempelajarinya.
Tasydid dengan tanda kepala huruf sien di atas suatu huruf, itu menunjukkan kalau huruf itu adalah huruf yang rangkap atau dobel, huruf yang awal mati dan yang kedua hidup atau berharokat.

Adapun Hukum Miem dan Nun yang bertasydid hanya ada satu, yaitu:

GHUNNAH Musyadadah    (غُنَّة )   >>>   (نّ  مّ)

Ghunnah yang berarti berdengung, yaitu mendengungkan huruf Miem atau Nun yang bertasydid pada selaput hidung atau janur irung selama dua harokat atau satu ketukan.
Salah satu tanda keberhasilan dalam mendengungkan adalah ketika kita sedang membaca Nun atau Miem yang bertasydid lantas kita tutup hidung kita, maka suara kita akan hilang.

baca juga: Hukumnya miem sukun

Dengung yang ada pada Miem atau Nun Tasydid ini, adalah ghunnah ashli bukan ghunnah hukmiah, dalam artian ghunnahnya atau tasydidnya adalah asli, berbeda dengan hukum ghunnahnya bacaan idghom bighunnah.

Contoh bacaan Ghunnah:

بِاَنَّ  ثُمَّ  فَاَمَّا إِنَّ  Inn-na, Faamm-ma, Tsumm-ma, Biann-na

Contoh bacaan Ghunnah
di awal kalimat,
di tengah kalimat
dan di akhir kalimat :

إنَّا أَعْطَيْنَا              Inn-naa a'thoinaa
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَ              latarowunn-nal jakhiima
وَنَجَّيْنهُ مِنَ الْغَمِّ     wanajjainaahu minal ghomm

Yang bertanda merah itulah bacaan Ghunnah.
Adapun cara membaca ghunnah di ahir kalimat, (pada contoh di atas) suara huruf miem ditekan dan ditahan selama dua harokat yang disertai dengung.
Sampai di sini belajar kita kali ini. Bila banyak salah dan khilaf, mohon dimaafkan.
Kami sangat menanti koreksi dan pencerahannya.

Salam Rahayu.

والسلام عليكم